Nganjuk-Pandemi Covid berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan UMKM di Kabupaten Nganjuk. Salah satu dari beberapa UMKM yang turut berjuang adalah peternak ikan lele Berkah Farm yang terletak di Desa Musir Lor Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk Jawa Timur Indonesia yang dimiliki oleh Deny Guntur Prasetya Warga setempat.
Permasalahan yang dihadapi mitra UMKM ini adalah adanya pandemi Covid-19 sehingga daya serap konsumen terhadap produk rendah, harga pakan tinggi tidak seimbang dengan biaya produksi, hingga metode pemasaran yang kurang maksimal. Bahkan, mitra sempat menghentikan produksi karena keterbatasan modal.
Melihat problematik yang dihadapi sektor UMKM ini, Perguruan Tinggi berupaya hadir dan mendampingi eksistensi UMKM agar tetap survive dimas a pandemi. Pentingnya peran perguruan tinggi dalam upaya memberdayakan dan mendampingi UMKM sangat dinantikan. Penerapan teknologi untuk berbagai aspek mulai aspek produksi hingga marketing bisa menjadi salah satu solusi dalam upaya membangkitkan UMKM.
Salah satu dosen STKIP PGRI Nganjuk Hendrik Pratama dari Program Studi Pendidikan IPA mencoba untuk turut berkontribusi dalam upaya membantu UMKM khususnya di Kabupaten Nganjuk .
Hendrik Pratama menjadi dosen pendamping mengaku bersyukur sekaligus berterimakasih karena mampu meraih hibah Pengabdian Kepada Masyarakat Stimulus (PKMS) 2022 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kegiatan ini bermula dari analisis masalah bersama pemilik UMKM Berkah Farm yang memiliki masalah terkait budidaya ikan lele yang dilakukakn selama 3 bulan lamanya pada bulan mei hingga agustus 2022.
Dalam proses diskusi dan menginventarisir permasalahan yang dihadapi, kita diskusikan bersama dan memiliki ide untuk melakukan diversifikasi produk dengan membuat olahan ikan lele menjadi kerupuk.
Hal positif yang diberikan dalam kegiatan pengabdian ini selain fokus pada diversifikasi produk, pelatihan mulai produksi, packaging, dan marketing, juga dilakukan inovasi teknologi khususnya pada pembuatan alat pendukung produksi kerupuk lele. Peralatan awal didesain mitra dengan konsep yang konvensional seperti alat pengukus menggunakan wajan, pengaduk kurang proporsional, hingga pengemasan yang menggunakan plastik biasa.
Setelah kegiatan dilakukan, Dosen pendamping menjelaskan bahwa proses yang dilakukan inovasi sehingga mitra mampu memproduksi kerupuk dalam jumlah besar, efektif waktu, aman, dan tentunya dengan kemasan yang lebih menarik. Pemanfaatan teknologi ini penting dilakukan dalam upaya menigkatkan efektivitas dalam hal pembuatan hingga pemasaran produk.
“UMKM butuh dukungan komprehensif dari berbagai pihak khususnya perguruan tinggi. Sudah saatnya perguruan tinggi ambil bagian dalam upaya mendampingi usaha mikro kecil hingga menengah, ” ucap Hendrik Pratama, M.Pd.(faiz)